PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE APEL (ART PERFORMANCE LEARNING) PADA MATERI MEMBACA GEGURITAN TERHADAP HASIL BELAJAR
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DENGAN METODE APEL (ART PERFORMANCE LEARNING)
PADA MATERI MEMBACA GEGURITAN TERHADAP HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS X SMK N 1 PURING
ARTIKEL
Diajukan untuk meningkatkan Keprofesionalan Guru
Oleh:
Leni Tri Yulianingsih, S.Pd.
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 PURING
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
ABSTRAK
Yulianingsih, Leni Tri. 2023. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Metode Apel (Art Performance Learning) Pada Materi Membaca Geguritan Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X Smk N 1 Puring
Kata Kunci : Problem Based Learning. Metode Art Performance Learning, Geguritan, Hasil Belajar
Tujuan penelitian ini yaitu 1) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dengan metode APEL (Art Performance Learning) terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Puring, 2) untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar anatara kelas control yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode APEL (Art Performance Learning) pada materi membaca geguritan terhadap hasil belajar peesrta didik kelas X SMK Negeri 1 Puring.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Art Performance Learning dengan desain demonstrasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pesertan didik kelas X SMK N 1 Puring. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan Teknik cluster sampling dengan desain nonequivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dari populasi tetapi diambil dari seluruh sampel kelompok yang terbentuk secara alami.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata nilai pretest-posttest pada kelas eksperimen 14,86 jauh lebih besar pada rata-rata kelas control 8,29. Hasil ujian Independent Sampel T Test menunjukan nilai sig=0,004=0,4%<5% maka Ho ditolak atau menerima Ha. Berdasarkan anilisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari hasil ujian Independent Sampel T Test ada perbedaan rata-rata hasil belajar anatara kelas control yang menggunakan metode konvensional (ceramah) dengan kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode APEL (Art Performance Learning) pada materi membaca geguritan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMK N 1 Puring.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana untuk melakukan transformasi sikap dan karakter seseorang menjadi semakin dewasa. Ruang-ruang pewacanya dapat menjelma dalam berbagai hal, diantaranya Pendidikan melalui Lembaga formal, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan metode terapan. Pendidikan sangat penting bagi individu dalam menjalankan perannya sebagai anggota Masyarakat yang berbudaya. Peran Pendidikan tidak hanya melalui Pendidikan formal tetapi juga dapat melalui Pendidikan informal dan formal.
Pada Masyarakat Indonesia, khususnya pada Masyarakat Jawa ada beberapa cara yang mereka gunakan untuk mentransfer Pendidikan melalui media seni pertujunkan serperti halnya geguritan. Geguritan merupakan salah satu jenis kebudayaan di daerah Jawa yang telah berkembang dan dikenal oleh Masyarakat jawa sekitar 1500 tahun yang lalu (Sudjarwo, Sumari, Undung Wiyono, 2010:47). Melalui membaca geguritan, masyrakat dapat mengambil pelajaran hidup karena seni membaca geguritan pada hakikatnya merupakan cerminan Pendidikan yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Geguritan juga merupakan salah satu seni pertunjukan yang mengandung berbagai pesan Pendidikan, baik dilihat dari isi dan makna yang terkandung didalamnya.
Sejarah merupakan kajian ilmu yang menjelaskan tentang peristiwa pada masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas. Menurut Renier (1961:14) dalam (Widja, 1989:101) sejarah dalam salah satu fungsi utamanya adalah mengabadikan pengalaman masyarakat dimasa lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat tersebut dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Sehingga melalui sejarahlah nilai-nilai masa lampau dapat dipetik pelajarannya dan dapat dimanfaatkan untuk menghadapi masa kini.
Dari studi lapangan melalui observasi serta wawancara dengan teman sejawat di SMK N 1 Puring hasil belajar dari peserta didik masih tergolong rendah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis menunjukan rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena peserta didik yang kurang antusias dalam pembelajaran bahasa Jawa yang cenderung monoton di dalam kelas, kurangnya variasi guru dalam menyampaikam pembelajaran menjadi faktor utama yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik terhadap pelajaran bahasa Jawa. Pengaruhpenggunaan bahasa juga menjadi faktor utama, mengingat letak SMK N 1 Puring beradadi daerah Jawa Tengah kulonan (Ngapak). Bahasa yang digunakan dalamkomunikasi sehari-hari percampuran antara bahasa Indonesia dan dialekal ngapak. Banyak juga daripeserta didik yang bahasa ibunya merupakan dialekal ngapak ataupun bahasa Indonesia sehingga mercka merasa asing dengan bahasa Jawa. Guru dalam pembelajaran yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan memberikan tugas-tugas kepada peserta didik akan menjadikan peserta didik malas belajar untuk belajar bahasa Jawa yang akan berakibat pada hasil belajar bagi setiap peserta didik. Padahal banyak sekali metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru bahasa Jawa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guna membantu memberikan pemahaman tentang materi-materi wayang yang diajarkan pada peserta didik. Seperti, metode untuk meningkatkan belajar peserta didik dengan memanfaatkan berbagai fasilitas belajar bahasa Jawa yang ada serta kemampuan pengajaran bahasa Jawa untuk memanfaatkan dan mengembangkannya (Kasmadi, 1996:14-
16).
Hasil belajar yang ingin dicapai hendaknya diperhatikan bagaimana cara menyampaikan materi mengenai pelajaran yang akan disampaikan Karena hasil belajar merupakan perubahan dari perilaku peserta didik setelsh mengalami kegiatan belajar dan perubahan perilaku terscbut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (RC Rifi’I dan Chatarina Tri Anni, 2011:85). Untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran bahasa Jawa ini juga harus diperhatikan strategi-strategi dalam pembelajaran agar peserta didik dapat menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Strategi-strategi yang dapat dipakai oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar, guru dapat menggunakan model dan metode pembelajaran yang inovatif serta media pembelajaran yang menarik peserta didik. Menurut Suprihatiningrum (dalam Marhamah, Ida., dkk, 2020) model pembelajaran problem based learning didefinisikan sebagai sebuah model pembelajaran berbasis masalah yang didalamnya terdapat rangkaian aktivitas yang dilakukan baik secara kelompok atau individu dalam memecahkan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan dunia nyata siswa dituntut untuk berpikir, berkomunikasi, mengeksplorasi dan menyelesaikan masalah dengan berpiki secara ilmiah. Schingga Model pembelajaran problem based learning dianggap model pembelajaran yang tepat ketika peserta didik mengalami kesulitan dalam literasi. Model pembelajaran problem based learning dapat menjadi solusi untuk mengatasi rendahnya kemampuan berfikir kritis, peserta didik diajak untuk terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Puring.
Kegiatan pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan dipadukan metode pembelajaran APEL (Art Performance Learning). Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan berbantuan metode APEL (Art Performance Learning) dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik mendiskusikan isi dan amanat yang terkandung di dalam teks geguritan. Setelah itu guru dan peserta didik bersama-sama mendiskusikan bagaimana menampilkan pembacaan geguritan dengan kreatif dan benar. Dengan menggunakan metode terscbut, peserta didik dapat merasakan menjadi tokoh atau lakon dalam sebuah pertunjukan kecil. Ahmad Ramadhani & Hafiz Aziz Ahmad (2017:18), dalam pengelitiannya menyebutkan bahwa melalui menjadi salah satu sarana pelestarian budaya, sarana pembelajaran baru bagi pembacaan geguritan dan dapat membantu memperkenalkan kembali serta mengajak masyarakat untuk membangkitkan kecintaan terhadap kesenian khususnya geguritan di era modern ini. Metode Art Performance Learning dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena tidak semua objek dapat dibawa ke dalam kelas. Metode tersebut juga menarik minat dan perhatian peserta didik, menantan daya ingat dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah, dan mengasah otk sehingga Kecerdasan dan kreativitas akan terlatih dalam memecahkan masalah. Keterlibatan aktif peserta didik dapat dilihat melalui dari tahap awal sampai tahap akhir pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diulas dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh penggunaan model problem based learning dengan metode APEL (Art Performance Learning) materi membaca Geguritan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMK N 1 Puring? 2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan kelas eksperimen yang menggunakan model problem based learning dengan metode APEL (Art Performance Learning) pada materi membaca Geguritan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMK N 1 Puring?
METODE PENELITIAN
Selain menggunakan metode Art Performance Learning, desain penelitian atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penclitian kuantitatif dengan menggunakan bentuk quasi experimental design dengan nonequivalent control group design. Quasi experimental design adalah bentuk desain eksperimen pengembangan dari true experimental design. Desain tersebut cukup sulit untuk dilaksanakan. Quasi experimental design ini memilki kelompok kontrol yang tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan cksperimenen (Sugiyono, 2010:114). Nonequivalen control group design hamper sama dengan pretest-postiest control group design. Dalam pelaksanaannya menggunakan desain tersebut, terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel penelitian dilakukan tidak sccara acak dari populasi tetapi diambil dari scluruh sampel kelompok yang terbentuk secara alami. Teknik pengambilan sempel tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik cluster sampling.
Tujuan penelitian dapat dicapai dengan adanya teknik pengumpulan data agar memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Berbagai metode dalam pengumpulan data sudah umum dan sering digunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaiu menggunakan metode wawancara, pengamatan, angket, dan dokumenter. tik digunakan sebagai teknik dalam penelitian eksperimen ini.
Data hasil penelitian yang telah dilakukan akan dianalisis secara deskriptif. Teknik statistik deskriptif yaitu data statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul secara jelas (Sugiyono, 2010:207). Uji penclitian ini menggunakan uji validitas, realiabilitas, homogenitas, normalitas, dan uji Independent Samples T Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
“PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE APEL (ART PERFORMANCE LEARNING) PADA MATERI MEMBACA GEGURITAN TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMK N 1 PURING”
Penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan dibantu metode Art Performance Learning merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada kegiatan belajara mengajar pada mata pelajaran bahasa Jawa, khususnya pada materi membaca geguritan. Penggunaan model problem based learning dengan metode dilakukan berdasarkan aanalisis kebutuhan guru dan analisis kebutuhan peserta didik. Hal tersebut berdasarkan data yang diperoleh yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mulyani, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran bahasa Jawa kelas X SMK N 1 Puring pada tanggal 6 November 2023, mengatakan bahwa tidak semua peserta didik memiliki minat atau motivasi belajar yang sama terhadap pembelajaran bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan terdapat kendala dalam pembelajaran bahasa Jawa yaitu bahasa Jyang dianggap sulit dan peserta didik merasa asing karena mengingat wilayah daerah sekitar SMK N 1 Puring merupakan daerah Jawa Tengah Kulonan yang mayoritas bahasa ibu yang digunakan merupakan Bahasa Jawa dialekal ngapak dan Bahasa Indonesia. Selain itu, peserta didik juga mengalami kejenuhan dimana pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas hanya menggunakan metode konvensional atau ceramah oleh guru. Adanya hal tersebut, guru harus melakukan eksplorasi dengan melaksankan pembelajaran yang kreatif dan inovatif menggunakan beberapa metode pembelajaran yang menyenangkan. Menurut beliau, dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang akan menumbuhkan keaktifan peserta didik dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Ketika proses pembelajaran bahasa Jawa berlangsung, guru memiliki kesulitan dalam pengkondisian kelas yang disebabkan adanya motivasi belajar antar peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, peserta didik juga merasa jenuh kkarena mata pelajaran bahasa Jawa yang diampu oleh guru terjadwal di jam terakhir pelajaran. Namun, dalam hal ini guru mengevaluasi diri melalui metode yang tepat untuk mengantisipasi kejenuhan peserta didik yang berimbas pada rendahnya motivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa.
Berdasarkan wawancara yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang
inovatif dan kreatif seperti tuntutan pembelajaran abad 21. Selain itu, perlu juga pengembangan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menarik agar peserta didik termotivasi dan memperhatikan dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa. Hal tersebut. dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan metode pembelajaran Art Performance Learning.
Penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning menekankan pada partisipasi dan keaktifan pesrta didik untuk mencari sendiri informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut, partisipasi peserta didik dan keaktifan dalam proses pembelajaran berlangsung dapat bertambah baik. Metode Art performance Learning dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena tidak semua objek dapat dibawa ke dalam kelas, menarik minat dan perhatian peserta didik, menantang daya ingat, dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah, serta mengasah otak sehingga kecerdasan akan terlatih dalam memecahkan masalah. Berdasarkan analisis respon peserta didik dalam penggunaan model pembelajaran problem based learning menggunakan metode Art Performance Learning sangat setuju dilaksanakan dalam proses pembalajaran bahasa Jawa dalam materi membaca Geguritan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata total prosentase hasil analisis respon peserta tidik terhadap penggunaan model pembelajaran problem based learning menggunakan metode Art Performance Learning sebesar 81% dalam kategori setuju bahwa hal tersebut diterapkan.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA KELAS KONTROL DAN KELAS EKSPERIMEN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa adanya perbedaan hasil belajara antara kelas yang diberi perlakukan khusus berupa penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran dan metode tersebut pada materi membaca geguritan Hipotesis yang diajukan diterima dengan ditunjukan pembuktian hipotesis melalui analisis statistik Independent Sample T Test yang terdapat pada T nilai sig=0,004=0,4% < 5% maka Ho ditolak atau menerima Ha atau dapat juga rata-rata pada kelas eksperimen 14,86 jauh lebih besar pada rata-rata kelas kontrol 8,29. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji Independet Sample T Test ada perbedaan rata-rata hasil belajar anatar kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning di kelas X SMK N 1 Puring. Hasil belajar bahasa Jawa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembalajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning sebagai sumber belajar lebih tinggi dibandingkan hasil belajara bahasa Jawa pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan diskusi. Proses pembalajaran pada mata pelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran problem based leraning dengan metode Art Performance Learning dapat memudahkan peserta didik untuk memahami geguritan yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar. Melalui metode art performance learning, peserta didik diajak untuk menampilkan tampilan Geguritan dipadukan dengan permainan alat musik atau . Peserta didik juga, dapat lebih detail dan nyata dalam mengkreasikan berbagai macam pembacaan geguritan sesuai dengan makna dan tema yang terkandung didalamnya. Metode Art Performance Learning sangat membantu dan memudahkan dalam mengatasi kendala kerbatasan ruang dan waktu dalam pengamatan suatu obyek yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas.
Perbedaan besar rata-rata hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penelitian ini dikarenakan adanya perbedaan metode pembelajaran yang digunakan. Dimana, faktor lingkungan sekitar sebagai pembeda anatara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat atau dapat ditunjukan dari hasil analisis data yang ada berkaitan dengan ketercapaian hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning, setiap peserta didik dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning membuat suasana belajar mengajar di kelas menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena adanya lingkungan belajar yang menantang dimana peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam belajar dengan lebih efektif. Sebenarnya hasil belajar peserta didik dapat terbentuk karena adanya proses pembelajaran yang dilaukan oleh peserta didik dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu 1) faktor intern, faktor ini merupakan dorongan yang berada dalam diri peserta didik, 2) faktor ekstern, faktor ini merupakan sebuah dorongan yang berasal dari luar diri peserta didik. Clark (1981) dalam Sudjana (2009:39) mengungkapkan bahwa hasil belajar peserta didik di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan diri sendiri dari peserta didik, sedangkan yang 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Slameto (2010:2) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh usatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan laihan. Perubahan tingkah laku tersebut terdapat pada aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).
Gestalt dalam Slameto (2010:9) mengatakan bahwa dalam teori belajar yang penting adalah adanya penesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Pada penelitian ini, untuk memperoleh respon yang tepat dalam mengatasi masalah (problem) yang dihadapi berubah hasil belajar peserta didik pada pelajaran bahasa Jawa kelas X SMK Negeri 1 Puring yang masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) menggunakan beberapa teori belajar. Dalam pembelajaran ini, menuntut pada keaktifan peserta didik dan aktivitas peserta didik untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan yang tersedia.
Penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning yang sesuai dengan materi pembelajaran peserta didik, akan mempengaruhi hasil belajar yang digunakan. Penggunaan metode Art Performance Learning dalam kegiatan pembelajaran bahasa Jawa guna memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan peserta didik dalam rangka meningkatkan pemahaman dan hasil ketercapaian belajar peserta didik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik serta mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Jawa, 2) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh keterangan bahwa hasil belajar bahasa Jawa yang diajarkan pada peserta didik kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan nilai awal data pretest 72,37 kemudian meningkat menjadi 87,23 yang diambil dari data nilai posttest setelah diberi perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning. Pembuktian hipotesis melalui analisis statistik Independent Sample T Test yang terdapat pada T nilai sig=0,004-0,4% belajar antara kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning pada peserta didik kelas X SMK N 1 Puring.
Saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu, penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning hendaknya diterapkan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada materi membaca geguritan. Dalam menerapkan pembelajaran menggunakan problem based learning dengan metode Art Performance Learning harus disesuaikan dengan materi yang cocok. dan harus disesuaikan dengan waktu pembelajaran, serta dibutuhkan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan semangat dan motivasi belajar pesrta didik. Selain itu, model pembelajaran problem based learning dengan metode Art Performance Learning dapat melibatkan keaktifan peserta didik dan keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Marhamah, Ida., dkk. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis. SPIN Vol. 2 (1), 68-82. Juni 2020
RC Rifa’i, Achmad. dan Chatarina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Setyabudi, Iwan. (2022). Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Melalui Metode Art Performance-Learning Kelas XII SMK Negeri 1 Kedung. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/imscs/article/download/13104/9134.